Sabtu, 08 Juli 2017

Kumat Nulis (lagi)

Tersadar kembali, ternyata banyak sekali hal-hal dalam hidup saya yang rasa-rasanya ingin saya tuangkan dalam sebuah tulisan. Bukan untuk narsis atau apapun itu, yang jelas menebar manfaat lewat menulis jauh lebih efektif ketimbang hanya lewat lisan yang sifatnya terbatas dan temporal.

Membaca karya-karya ulama dahulu, menyadarkan satu hal bahwa apa yang mereka tulis dahulu terus dibaca dan diambil faidahnya hingga sekarang. Betapa besar ganjaran mereka karena efek manfaat karya mereka terus mengalir seiring zaman selama tulisan mereka ada dan diambil manfaatnya, "Ilmun Yuntaf'u bihi" salah satu dari tiga komponen amal manusia yang pahalanya terus mengalir meski pelakunya sudah tak ada (Amal jariyah).

Dari sekian banyak ulama kontemporer yang menurut saya benar-benar mengamalkan konsep ini adalah Ayahanda Alm. Prof. Dr. Ali Mustafa Ya'kub, MA. Allahu yarhamhu. 4 tahun menjadi santri ndableg beliau di Intenational Institute for Hadith Sciences, mengajarkan saya akan begitu banyak nilai kehidupan yang sangat disayangkan saya lewatkan begitu saya. semoga beliau memaafkan saya dan tetap menganggap saya sebagai santri dan anak ideoligis beliau Ila yaumil Qiyamah. Ketegasan, kasih sayang, ketelitian, dan yang tak pelak wawasan keilmuan begitu melekat pada diri dan karakter beliau. Soal tulisan dan karya beliau, tak usah diragukan. puluhan bahkan ratusan tulisan beliau termaktub dan dipublikasikan dalam buku-buku dan artikel beliau.

Kami sebagai santrinya, tentu saja beliau kader agar mengikuti jalan beliau untuk terus menebar kemanfaatkan lewat jalan hidup menulis. Dan jargon yang selalu terngiang di telinga kami para santrinya adalah "Wa laa tamuutunna illaa wa antum kaatibuun" (Janganlah kalian mati kecuali kalian sudah mempunyai karya tulis), sebuah motivasi yang begitu mengena di benak kami para santrinya. Sehingga banyak sekali santri-santri senior kami, yang seangkatan dengan kami, bahkan adik-adik kelas kami, menjadi penulis-penulis handal yang karyanya tidak kalah banyak dan tak kalah berkualitas dari "Sang gurunya", Al-Maghfurlah Kyai Ali.

Lah, kalau saya, namanya juga santri ndableg, nulis makalah di kampus saja bisanya co-paste, nulis status di medsos jarang, sekali nulis bisa dihitung jari like, comment, apalagi sharenya, karena memang jauh dari kata "manfaat". Duh, santri beliau yang model apa saya ini.

Alibi saya ternyata banyak dan semoga saja masuk akal. Selain skill menulis saya yang di bawah standar, apalagi derajat keilmuan. Tersibukkan oleh hal-hal lain menurut saya juga menjadi alibi kuat saya absen dari dunia penulisan. Ya diterima atau tidak, alasan akan selalu dianggap benar bagi yang beralasan, saya.

Niat nulis sebenarnya sudah ada dari jaman dahulu, beberapa tulisan iseng juga sempat saya tulis, blog juga sudah lama sekali saya buat. Saking lamanya sampai saya lupa naroh di mana. alamat dan passwordnya pun saya lupa.

Dan sekarang, dengan mengharapkan pertolongan dari Allah SWT, mengisi amunisi semangat menulis kembali, Bismillah saya berazam dan berniat terjun kembali ke dunia kepenulisan, khususnya melalui blog ini. motivasi tebesar saya, menebar sebuah benih yang bernama "kemanfaatan" agar dapat saya panen nanti di Akhirat kemudian.

Akhirul kalam, sampai jumpa kembali di tulisan-tulisan saya selanjutnya.
Ambil manfaatnya dan buanglah sampah pada tempatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafsir Maudhu’i | Hijrah dalam Tilikan Al-Qur’an

  Kata “Hijrah” kerap kita dengar sebagai label untuk seseorang yang awalnya serampangan lalu karena sebab tertentu merubah penampilan men...